Selasa, 30 Oktober 2012

Loh..Kok Masih Salah....

Pernahkah anda membayangkan seseorang salah jurusan naik biskota?, mungkin ia bisa berhenti di tengah jalan dan mengganti bis dengan jurusan yang tepat atau setidaknya bisa mengganti bis mendekati tujuan yang sebenarnya. Hmm…, tapi kalau salah naik kereta api antar propinsi ?!! ……    inilah cerita ku.

Note:
  • Stasiun Arjawinangun/Indramayu
  • Cirek ; 6.05 – 8:59
  • Argo Parahiyangan : 5:55 – 9.00
  • Stasiun Padalarang

STASIUN GAMBIR

Jam ditangan ku telah menunjukan pukul 05.30, suasana di Stasiun Gambir masih belum terlalu ramai, mungkin karena hari itu bukanlah hari libur. Yah, hari itu, aku mendapat tugas untuk mengisi Training Konseling disalah satu Pesantren yang masuk dalam wilayah Kabupaten Indramayu tepatnya berada di Desa Sliyeg, Tugu Kabupaten Indramayu. 

Pagi itu, aku dan Diah teman seperjalananku yang juga salah satu panitia dari Jakarta sudah berada di stasiun Gambir, karena kereta Cirebon Expres (Cirex) yang akan membawa kami ke Stasiun Arjawinangun akan berangkat pada pukul 06.05 wib dan diperkirakan pada pukul 08.00 wib sudah sampai tujuan.

 “oke, karcis udah ada, masih ada waktu 10 menit kita ke atas aja yuk”, ujarku mengajak Diah untuk naik tangga menuju lantai atas.

Kami menaiki tangga berjalan menuju ke lantai atas, dan terlihat oleh ku disisi sebelah kanan ada kereta yang sedang berhenti.

ehh… ini dia keretanya udah nungguin kataku sambil menuju pintu masuk ke dalam gerbong.

sebentar, aku tanya dulu nih sama petugasnya ujar Diah sambil berjalan menghampiri seseorang yang baru saja dilihatnya keluar dari dalam kereta tersebut.

Aku sempat mendengar Diah menanyakan, “apakah ini benar Cirex ?” dan aku mendengar seseorang yang aku duga adalah petugas PJKA itu menjawab “iya” sambil berlalu meninggalkan kami. Karena merasa yakin bahwa inilah kereta yang akan membawa kami menuju Cirebon, maka masuklah kami mencari gerbong dan nomor tempat duduk sesuai dengan nomor yang tertera pada karcisi. 

Setelah menemukan tempat yang tepat, kami menaruh barang-barang dan duduk dengan manisnya. Karena hari itu adalah hari kerja dan bukan hari libur sehingga tidak terlalu ramai penumpang di dalam gerbong tersebut. Beberapa penumpang sudah mulai masuk satu persatu mencari kursi sesuai nomornya, disisi sebelah kami ada dua orang perempuan yang juga sudah menempati tempat duduknya dan asik mengobrol, namun beberapa kursi di depannya masih kosong dan di belakang kursi kami, ada seorang anak muda duduk sendirian. Sementara, aku dan Diah juga sudah sibuk bercerita, maklum walau kami satu kota, tetapi sangat jarang sekali bertemu, kalaupun bertemu paling pada saat acara seminar atau pertemuan diskusi sesama aktifis LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).

Jam baru menunjukan pukul 5.50 wib, padahal di karcis tertulis jam pemberangkatan pukul 6.05 wib, tapi kok kereta yang kami tumpangi sudah menunjukan tanda-tanda akan jalan, aku hanya berkata dalam hati, “wah..! tumben bukan jam karet nih”, karena berangkatnya lebih cepat beberapa menit. Sementara itu disebelah kiri kereta yang kami tumpangi, aku melihat ada kereta yang baru datang dari arah Stasiun Kota dan berhenti tepat disebelah kereta kami.

Lega rasanya, melihat kereta yg kami tumpangi sudah mulai berjalan. Baru beberapa menit berjalan dan belum juga sampai di Stasiun Jatinegara, Petugas pemeriksa sudah mendatangi kami. Sambil tetap mengobrol bersama Diah, aku berikan dua karcis yang masih terlipat kepada petugas, tanpa membaca lagi petugas langsung menandai tiket yang terlipat dan kamipun kembali asik mengobrol

Selama perjalanan, aku dan Diah terus saja bercerita tanpa henti, walau sesekali melihat ke jendela kalau kereta sedang melewati beberapa stasiun kecil. Tiba-tiba berdering suara telepon genggam Diah, terdengar diujung telepon seseorang menanyakan keberadaan kami dikarenakan takut kami berdua kebablasan stasiun tujuan. Aku berusaha melihat keluar untuk membaca tanda-tanda sudah ada di daerah mana kami berada. Karena, menurut sang penelpon, harusnya jam 8.00 wib, kereta sudah sampai di Stasiun Arjawinangun takutnya kami kebablasan sampai di stasiun Cirebon.

Aku mulai tersadar, sudah lewat jamnya, kok belum sampai juga. Kebetulan kereta melewati sebuah stasiun dan terbaca oleh ku, “Stasiun Padalarang”. 

Aku mulai curiga, perasaan ke Cirebon gak mungkin melewati Padalarang. Situasi makin membuat kami panik, karena bantal-bantal kecil yang dipakai penumpang sudah mulai diambil satu persatu oleh petugas sebagai tanda kereta akan sampai pada stasiun akhir.

Masih dalam kepanikan, aku tanya sama petugas yang mengambil bantal kecil kami,

Pak, ini sudah mau sampai stasiun mana?”.

 Bandung”, jawabnya kalem.

Hah… !!!!!!  teriakku,

ini memang kereta apa”, Tanya kami berbarengan.

Argo Parahiyangan, memang mbak-mbak ini mau kemana?.”, Tanya petugas lagi,

Cirebon..!!!”, jawab kami kompak.

Serempak menolehlah para penumpang disekitar kami dengan kompak mendengar kekagetan kami salah naik kereta api.

Sementara itu, di stasiun Arjawinangun mendapatkan kehebohan tersendiri karena Pak Kyai kehilangan tamu dari Jakarta yang akan dijemputnya pagi itu.



STASIUN ARJAWINANGUN

Kereta baru saja beberapa menit meninggalkan Stasiun Arjawinangun menuju Jakarta. Petugas pemeriksa tiket mendatangi kami dengan ramah berkata,

 “Tiketnya mba”,

sambil memberikan tiket, aku tanya lagi biar lebih yakin,

 Pak, ini bener Cirex  yang ke Jakarta-kan?“.

benaar..”, jawabnya dengan nada ramah sambil membaca tiket kami sebelum ditandai.

Memang mbak-mbak ini tadi dari mana mau kemana?”,

tanyanya lagi sambil mengembalikan tiketnya pada kami. Sedikit curhat, aku ceritakan kejadian tadi pagi,

begitu pak, jadi tadi kita salah naik kereta..”,

Dengan tersenyum petugas itu berkata lagi,

mbak berdua sudah benar ini kereta Cirebon Expres jurusan ke Jakarta kok”,

Senang rasanya kami berdua mendapat penjelasan gak salah lagi naik kereta seperti kejadian tadi pagi. Selanjutnya petugas tersebut melanjutkan penjelasannya.

 “ tapi mbak berdua ini salah gerbong, mestinya gerbong di belakang sana, tapi berhubung masih banyak yang kosong, gak usah pindah juga gak papa kok”.  Ujar petugas sambil tersenyum.


Gubraaaaakssss…….@@@.??.!!!!   

Aku dan Diah berdua tepok jidat..!!

Capee dweehh seharian ini salah kereta terus…. !!!


Note:
Pengalaman perjalanan bersama Diah yang tak terlupakan. Setelah tahunan lalu terpendam baru muncul tulisan ini biar kita bisa tertawa bersama mengingatnya :D walau ditengah perjalanan antara Bandung-Cirebon ada cerita lucu lagi. saya buat catatan komen dari sang "pelakunya"

Dee Hasyim (Diah) :  hahahahaaaa...... kangen jalan bareng lagi Vie hihiiii...... wah belum seru nih ceritanya karena belum sampai ke babak kita ketiduran di bis yang membawa kita ke Indramayu dan kita hampir saja kebablasan karena ketiduran. Kalau saja tidak ada pak Kyai yang berinisiatif naik ke bus dan memeriksa apakah orang yang akan dijemputnya berada di dalam bus itu. hahaaaa ternyata benar dan dia membangunkan kita yang asyik berselancar di dunia mimpi hihiiii belum lagi sang sopir bis yang nungguin aku karena kebelet ke toilet buat buang hajat hahahaaa..... seruuu.....