Jumat, 10 Agustus 2012

Cerita Hikmah


Love 

Cinta 
itu seperti kupu-kupu. Tambah dikejar, tambah lari. Tapi kalau dibiarkan terbang, dia akan datang disaat kamu tidak mengharapkannya.


Cinta dapat membuatmu bahagia tapi sering juga bikin sedih, tapi cinta baru berharga kalau diberikan kepada seseorang yang menghargainya.
Jadi jangan terburu-buru dan pilih yang terbaik.


Cinta bukan bagaimana menjadi pasangan yang "sempurna" bagi seseorang. Tapi bagaimana menemukan seseorang yang dapat membantumu menjadi dirimu sendiri.


Jangan pernah bilang "I love you" kalau kamu tidak perduli.
Jangan pernah membicarakan perasaan yang tidak pernah ada.
Jangan pernah menyentuh hidup seseorang kalau hal itu akan menghancurkan hatinya.
Jangan pernah menatap matanya kalau semua yang kamu lakukan hanya berbohong. 

Hal paling kejam yang seseorang lakukan kepada orang lain adalah membiarkannya jatuh cinta, sementara kamu tidak berniat untuk menangkapnya. ..


Cinta bukan "Ini salah kamu", tapi "Ma'afkan aku". 
Bukan "Kamu dimana sih?",tapi "Aku disini".
Bukan "Gimana sih kamu?", tapi "Aku ngerti kok". 
Bukan "Coba kamu gak kayak gini", tapi "Aku cinta kamu seperti kamu apa adanya".


Kompatibilitas yang paling benar bukan diukur berdasarkan berapa lama kalian sudah bersama maupun berapa sering kalian bersama, tapi apakah selama kalian bersama, kalian selalu saling mengisi satu sama lain dan saling membuat hidup yang berkualitas.


Kesedihan dan kerinduan hanya terasa selama yang kamu inginkan dan menyayat sedalam yang kamu ijinkan. Yang berat bukan bagaimana caranya menanggulangi kesedihan dan kerinduan itu, tapi bagaimana belajar darinya.

Caranya jatuh cinta: jatuh tapi jangan terhuyung-huyung, konsisten tapi jangan memaksa, berbagi dan jangan bersikap tidak adil, mengerti dan cobalah untuk tidak banyak menuntut, sedih tapi jangan pernah simpan kesedihan itu.
Memang sakit melihat orang yang kamu cintai sedang berbahagia dengan orang lain tapi lebih sakit lagi kalau orang yang kamu cintai itu tidak berbahagia bersama kamu. 

Cinta akan menyakitkan ketika kamu berpisah dengan seseorang lebih menyakitkan apabila kamu dilupakan oleh kekasihMu, tapi cinta akan lebih menyakitkan lagi apabila seseorang yang kamu sayangi tidak tahu apa yang sesungguhnya kamu rasakan.

Yang paling menyedihkan dalam hidup adalah menemukan seseorang dan jatuh cinta, hanya untuk menemukan bahwa dia bukan untuk kamu dan kamu sudah menghabiskan banyak waktu untuk orang yang tidak pernah menghargainya.
Kalau dia tidak "worth it" sekarang, dia tidak akan pernah "worth it" setahun lagi ataupun 10 tahun lagi. 

Biarkan dia pergi... ---&say good bye gorgeous boy


APA KATA DUNIA
                           

DIKENALKAN KAU HURUF
AGAR BISA MEMBACA
TAPI KAU TAK TAHU MAKNA
APA KATA DUNIA………..

DIAJARKAN KAU BUDIPEKERTI
AGAR SELALU RENDAH HATI
TAPI KAU TAK BERBAKTI
APA KATA DUNIA…………..

JANGAN KAU MALUKAN DUNIA
DENGAN KEMALASAN MU
SEBAGAI ANAK BANGSA

JANGAN KAU MALUKAN DUNIA
DENGAN KEBODOHAN MU
 YANG LUAR BIASA

TAPI BISA KAU BUAT DUNIA
BANGGA DENGAN DIRIMU
KARENA KAU GENGGAM DUNIA
DENGAN KECERDASAN MU

TERIMA KASIH DUNIA…..
KARENA TELAH MELAHIRKAN
GURU YANG TIDAK PERNAH MENGELUH
UNTUK KU DAN SEMUANYA…….

JAKARTA, 20 JUNI 2008

SURAT CINTA


KECEWA…………..!!
Ya…. Satu kata yang bisa membuat duniaku menjadi terbalik 180° memahami loyalitas kerja yang telah aku berikan kepada lembagaku selama 10 tahun 7 bulan 1 hari. Lebih dari 10 tahun aku asyik menggeluti dunia kerjaku mendampingi perempuan dan anak yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga dengan penuh tanggungjawab, sampai aku mengabaikan bahwa ada yang salah selama ini dalam system managemen kekeluargaan yang dikelola oleh pimpinan. Betapa aku mengabaikan sinyal-sinyal yang telah diantarkan oleh orang-orang disekelilingku, kalau aku berada di dalam sebuah lembaga yang sudah tidak sehat secara managemen. Tetapi aku ditutupi oleh rasa idealisme dan percaya diri yang terlalu tinggi kalau suatu saat pasti ada perubahan besar.

Ternyata, seperti sebuah lingkaran kekerasan yang selalu aku jelaskan kepada para klienku dan akupun terjebak didalamnya. Aku terjebak dengan sebuah proses bulan madu yang selalu ditawarkan untuk sebuah harapan baru, dan selalu aku akan masuk kembali kedalam lingkaran kekecewaan dan kembali ditawarkan secercah harapan. Aku dibenturkan pada kenyataan bahwa banyak klien yang sedang bergantung padaku sehingga berapa banyak orang yang nanti akan dikecewakan oleh ku bila ditinggal. Akhirnya aku luluh juga kembali mencoba memahami dan menerima perlakuan yang sangat diskriminasi terhadapku.
14 tahun sudah berdiri lembaga ini dengan dipimpin oleh orang yang sama selama ini, tidak ada regenerasi ataupun yang bisa membuat mekanisme ini berubah. Yang aku herankan, kemanakah para pendiri dan pengawas sebagai otoritas tertinggi dari lembaga ini? Begitu terlalu takutkah ? ataukah sudah tidak peduli lagi dengan lembaga ini dan para stafnya? Kenapa mesti kita-kita yang harus berjuang sendiri menegakkan keadilan sampai akhirnya mati satu persatu dengan kekalahan.

Bagiku keputusan tidak lagi bergabung kepada lembaga ini adalah sebuah keputusan yang sehat, terutama sehat secara psikis. Aku tidak ingin bertahan dalam kesakitan yang berlarut-larut atas kekecewaan ini. Cukup sudah aku berpikir lama untuk mengambil sebuah keputusan yang terpenting bagi hidupku untuk keluar dari lembaga ini. Aku tidak ingin mengalami depresi akibat perlakukan lembaga ini kepada ku, walaupun setengah mati aku masih mencintai pekerjaanku. Aku merasa sudah saatnya keluar dari zona ini dan aku harus berada kedalam zona yang baru, dan aku yakin zona barupun mempunyai keunikan tersendiri.

Maka, tepat pada tanggal 6 September 2008, aku serahkan sepucuk surat “cinta” kepada pimpinanku, aku katakan padanya, “ Maaf, saya hanya sampai disini bisa menemani anda….!!!”
Dan duniapun akhirnya berubah.

Jakarta, 1 Nopember 2008

pindahan dari Multiply

Add caption
PRESS RELEASE

PERLAWANAN PENULIS PEREMPUAN TERHADAP KDRT 

Jika di era 60-an novelis laki-laki sering kali menggambarkan sosok perempuan sebagai makhluk tak berdaya, lembut, dan cenderung pasif penokohannya dalam karya-karya mereka, maka mulai era 90-an penulis perempuan mulai menggeliat dan melahirkan karya sastra, namun sayangnya karya yang dihasilkan belum mewakili perempuan seutuhnya. Tanpa disadari mereka tetap melukiskan perempuan sebagimana pengarang laki-laki menggambarkan sosok hawa; yang lemah, selalu tertindas, mengalami pelecehan seksual dan seterusnya.

Bahkan pembaca Indonesia sempat kebanjiran karya yang sebenarnya adalah bagian dari sastra sarat pornografi. Alih-alih memberdayakan perempuan dalam karyanya, kecenderungan mereka justru mengidentifikasi perempuan sebagai makhluk ‘penggoda laki-laki’ dan punya kekuatan seksual untuk ‘menundukkan’ laki-laki. Sampai akhir tahun 90-an, kita belum menemukan karya penulis perempuan yang lantang menyuarakan ketertindasan perempuan atas perlakuan lalim dan tak adil yang menimpa mereka. Baik penulis laki-laki ataupun perempuan, masih tetap memposisikan perempuan sekedar sebagai obyek penderita dalam karyanya. Awal 2000-an, mulai banyak bermunculan penulis laki-laki dan perempuan yang bergiat menulis dan membicarakan perempuan sebagai subjek sejarah dalam segala lini kehidupan. Termasuk dalam tema Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT), semakin banyak penulis laki-laki dan perempuan yang menjadikannya sebagai isu sentral dalam karya-karyanya, dengan tujuan pembelajaran, penyadaran, dan pemberdayaan bagi pembaca karya tersebut.

 Seperti buku “Luka di Champs Elysees” yang ditulis oleh Rosita Sihombing (www.sikrit.multiply.com) dan “Dari Balik Dinding Bernama Luka” yang ditulis berdua oleh Nita Candra (http://nitacandra.multiply.com) dan Dian Ibung, ketiga penulis perempuan ini mengangkat isu kekerasan pada perempuan, khususnya yang terjadi dalam rumah tangga sebagai tema sentral yang dibahas dengan nada khas perempuan, ‘lembut’ tapi mampu sekaligus ‘tegas’ di kedua buku tersebut. Jika “Luka di Champs Elysees” adalah sebuah novel satir sekaligus memberdayakan perempuan lewat ruang pop dan semi sastra, maka “Dari Balik Dinding Bernama Luka” adalah hasil observasi penulis atas ketabahan dan kemampuan menjadi survivor para korban KDRT yang mayoritas adalah perempuan. Ketiga penulis buku ini sesungguhnya bukanlah aktifis anti Kekerasan Terhadap Perempuan, akan tetapi, disadari atau tidak, telah tumbuh kesadaran dalam karya mereka untuk menggunakan ruang budaya (baca: novel dan literatur pop lainnya) sebagai media penyadaran yang diharapkan dapat menjangkau seluruh komponen masyarakat untuk penyadaran atas hak-hak perempuan sebagai bagian dari hak-hak manusia.


Fenomena kesadaran penulis perempuan ini, bersanding dengan pendekatan-pendekatan lainnya (aktifis prempuan, komnas perempuan, pendamping perempuan dan lain-lain), merupakan arus perubahan yang penting untuk digulirkan terus menerus! Pendekatan budaya menjadi sangat penting karena seringkali tindakan kekerasan terhadap perempuan sesungguhnya berakar pada praktek budaya yang telah berlangsung berabad abad lamanya. Meningkatnya angka kekerasan terhadap perempuan di tahun 2007 dibanding 2006 yang mencapai 25% menjadi sebuah fenomena yang mengkhawatirkan. Komnas Perempuan mencatat sebanyak 25.522 kasus kekerasan terhadap perempuan muncul sepanjang tahun lalu. Ini berarti sedikitnya 2 perempuan menjadi korban setiap jam. Sebagian besar tindak kekerasan terjadi di sebuah tempat dimana kedamaian dan perlindungan adalah dua hal yang seharusnya menaungi setiap anggota keluarga.

Selain ketiga penulis yang akan hadir pada peluncuran kedua buku ini, aktifis perempuan Evi Permata Sari yang telah lama melakukan pendampingan di Mitra Perempuan akan berbagi saran tentang bagaimana menyikapi korban kekerasan yang sangat membutuhkan perhatian dan bantuan kita.

 Kedua buku ini insya Allah akan diluncurkan pada: Hari/Tanggal : Minggu, 14 Desember 2008 Tempat : MP Book Point, Jl. Puri Mutiara Raya No 72 Cipete Jakarta Selatan. Telpon: 021-75915762 Waktu : 10.00 WIB - selesai