Jumat, 10 Agustus 2012

pindahan dari Multiply

Add caption
PRESS RELEASE

PERLAWANAN PENULIS PEREMPUAN TERHADAP KDRT 

Jika di era 60-an novelis laki-laki sering kali menggambarkan sosok perempuan sebagai makhluk tak berdaya, lembut, dan cenderung pasif penokohannya dalam karya-karya mereka, maka mulai era 90-an penulis perempuan mulai menggeliat dan melahirkan karya sastra, namun sayangnya karya yang dihasilkan belum mewakili perempuan seutuhnya. Tanpa disadari mereka tetap melukiskan perempuan sebagimana pengarang laki-laki menggambarkan sosok hawa; yang lemah, selalu tertindas, mengalami pelecehan seksual dan seterusnya.

Bahkan pembaca Indonesia sempat kebanjiran karya yang sebenarnya adalah bagian dari sastra sarat pornografi. Alih-alih memberdayakan perempuan dalam karyanya, kecenderungan mereka justru mengidentifikasi perempuan sebagai makhluk ‘penggoda laki-laki’ dan punya kekuatan seksual untuk ‘menundukkan’ laki-laki. Sampai akhir tahun 90-an, kita belum menemukan karya penulis perempuan yang lantang menyuarakan ketertindasan perempuan atas perlakuan lalim dan tak adil yang menimpa mereka. Baik penulis laki-laki ataupun perempuan, masih tetap memposisikan perempuan sekedar sebagai obyek penderita dalam karyanya. Awal 2000-an, mulai banyak bermunculan penulis laki-laki dan perempuan yang bergiat menulis dan membicarakan perempuan sebagai subjek sejarah dalam segala lini kehidupan. Termasuk dalam tema Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT), semakin banyak penulis laki-laki dan perempuan yang menjadikannya sebagai isu sentral dalam karya-karyanya, dengan tujuan pembelajaran, penyadaran, dan pemberdayaan bagi pembaca karya tersebut.

 Seperti buku “Luka di Champs Elysees” yang ditulis oleh Rosita Sihombing (www.sikrit.multiply.com) dan “Dari Balik Dinding Bernama Luka” yang ditulis berdua oleh Nita Candra (http://nitacandra.multiply.com) dan Dian Ibung, ketiga penulis perempuan ini mengangkat isu kekerasan pada perempuan, khususnya yang terjadi dalam rumah tangga sebagai tema sentral yang dibahas dengan nada khas perempuan, ‘lembut’ tapi mampu sekaligus ‘tegas’ di kedua buku tersebut. Jika “Luka di Champs Elysees” adalah sebuah novel satir sekaligus memberdayakan perempuan lewat ruang pop dan semi sastra, maka “Dari Balik Dinding Bernama Luka” adalah hasil observasi penulis atas ketabahan dan kemampuan menjadi survivor para korban KDRT yang mayoritas adalah perempuan. Ketiga penulis buku ini sesungguhnya bukanlah aktifis anti Kekerasan Terhadap Perempuan, akan tetapi, disadari atau tidak, telah tumbuh kesadaran dalam karya mereka untuk menggunakan ruang budaya (baca: novel dan literatur pop lainnya) sebagai media penyadaran yang diharapkan dapat menjangkau seluruh komponen masyarakat untuk penyadaran atas hak-hak perempuan sebagai bagian dari hak-hak manusia.


Fenomena kesadaran penulis perempuan ini, bersanding dengan pendekatan-pendekatan lainnya (aktifis prempuan, komnas perempuan, pendamping perempuan dan lain-lain), merupakan arus perubahan yang penting untuk digulirkan terus menerus! Pendekatan budaya menjadi sangat penting karena seringkali tindakan kekerasan terhadap perempuan sesungguhnya berakar pada praktek budaya yang telah berlangsung berabad abad lamanya. Meningkatnya angka kekerasan terhadap perempuan di tahun 2007 dibanding 2006 yang mencapai 25% menjadi sebuah fenomena yang mengkhawatirkan. Komnas Perempuan mencatat sebanyak 25.522 kasus kekerasan terhadap perempuan muncul sepanjang tahun lalu. Ini berarti sedikitnya 2 perempuan menjadi korban setiap jam. Sebagian besar tindak kekerasan terjadi di sebuah tempat dimana kedamaian dan perlindungan adalah dua hal yang seharusnya menaungi setiap anggota keluarga.

Selain ketiga penulis yang akan hadir pada peluncuran kedua buku ini, aktifis perempuan Evi Permata Sari yang telah lama melakukan pendampingan di Mitra Perempuan akan berbagi saran tentang bagaimana menyikapi korban kekerasan yang sangat membutuhkan perhatian dan bantuan kita.

 Kedua buku ini insya Allah akan diluncurkan pada: Hari/Tanggal : Minggu, 14 Desember 2008 Tempat : MP Book Point, Jl. Puri Mutiara Raya No 72 Cipete Jakarta Selatan. Telpon: 021-75915762 Waktu : 10.00 WIB - selesai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat datang... silahkan melihat-lihat blog yang sederhana ini..
salam