Rabu, 12 Februari 2014

Tips berlari

Lari adalah olahraga yang sederhana dan tidak membutuhkan peralatan khusus (kecuali sepatu) layaknya olahraga lain. Hampir semua orang bisa melakukannya. Namun sebaiknya kamu mengetahui cara berlari yang benar. Nah berikut adalah beberapa tips agar berlari terasa nyaman dan menyenangkan: 

1. Hindari lari dengan tumit terlebih dahuluBerbeda dengan berjalan, yang membutuhkan tumit sebagai pendaratan. Lari tidak seperti itu. Cobalah untuk tetap menggunakan ujung kaki kamu saat mendarat, agar lari kamu tetap nyaman dan terhindar dari rasa nyeri yang tidak diinginkan. 

2. Belilah sepatu yang baikSesuaikan sepatu yang kamu gunakan dengan bentuk kaki kamu. Pilihlah sepatu dengan kualitas yang sudah terjamin dan terpercaya. Selain tidak membahayakan kaki, biasanya juga lebih tahan lama. 

3. Ambil langkah yang lebih pendekPara ahli mengatakan bahwa langka kaki yang efektif akan menghindari kerusakan pada sendi dan otot. Langkah yang lebih pendek adalah langkah yang lebih efisien, dan akan mengurangi gerakan pada sendi pergelangan kaki, lutut dan pinggul.

4. Pelan-pelanDengan berlari lebih perlahan denyut jantung kamu dapat terkontrol dengan baik, membuat lari lebih nyaman dan kamu bisa berlari dengan jarak yang lebih jauh. Dibandingkan dengan kamu berlari secara cepat.

5. Tetapkan waktu Orang yang berlari dengan tujuan waktu tertentu, lebih baik daripada mereka yang lari hingga lelah atau mereka yang sebentar-sebentar berhenti, walaupun napas masih kuat. Para ahli mendorong untuk mencoba jarak yang lebih jauh setiap kali berlari, namun dengan waktu yang sama (misal 30 menit) agar mendapatkan teknik yang lebih baik. 

APA BEDA KISTA DAN MIOM

TRIBUNNEWS.COM -
Kista dan miom seringkali dianggap sama. Padahal, dua tumor jinak yang bersarang diorgan reproduksi perempuan ini berbeda 180 derajat. Meski sama-sama menyerang organ reproduksi perempuan, namun kista dan miom memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Menurut Dr. Chepi Teguh Pramayadi, SpOG  dari RSIA Evasari , memang banyak yang masih bingung membedakan kedua jenis penyakit yang tergolong dalam tumor jinak ini. Padahal, begitu banyak prinsip-prinsip yang berlainan, termasuk dari posisi, bentuk, hingga keluhan.

"Kista itu tumor yang berisi cairan. Ia memiliki beberapa jenis, misalnya kista endometriosis yang isinya cairan kecokelatan, kista dermoid yang terdiri dari jaringan-jaringan tubuh, ada juga kista simplex  yang isinya hanya berupa cairan bening," ujar Cepi.

Sementara miom adalah tumor jinak yang terdiri dari serabut-serabut otot polos myometrium . "Jadi ada pertumbuhan sel-sel otot di dalam rahim yang tidak normal. Ia berbentuk seperti kumparan, lama-lama berputar hingga menyerupai bola," tambahnya. Cepi kemudian menjelaskan hal-hal yang juga menjadi pembeda penyakit kista dan miom. Pertama, terlihat dari lokasi gumpalan. Kista terletak di indung telur, bisa di bagian kiri, kanan, atau keduanya.  "Sedangkan miom itu posisinya di rahim. Ia ada di tengah alat kelamin perempuan atau istilah medisnya terletak di uterus. Ia bisa berada di permukaan rahim, di tengah rahim, atau di dalam rahim," papar Cepi.

Perbedaan kedua, dapat dilihat dari bentuk atau kandungan di dalamnya. Pada miom, terdapat serabut-serabut otot yang padat dan berbentuk bulat. Gumpalan menyerupai batu ini tidak memiliki pangkal atau inti, melainkan hanya serabut otot yang permukaannya dapat dikupas. Sementara kista, isinya sudah pasti cairan. "Makanya ketika operasi, dia bisa langsung diangkat tapi bisa juga disedot dulu cairannya baru sisanya diambil. Jadi, bentuknya selalu seperti itu. Tidak akan mungkin menjadi terbalik, misalnya kista tapi padat atau miom tapi cair," tambah Cepi. Lalu, hal ketiga yang membedakan dapat dilihat dari keluhan yang dirasakan perempuan. Kista dapat dideteksi dari rasa nyeri saat haid hari pertama atau kedua, serta adanya rasa nyeri saat berhubungan seksual. Bahkan pada beberapa kasus, kista juga menyebabkan rasa nyeri di luar siklus haid.

Sementara itu, keluhan miom yang lebih dominan justru terlihat pada siklus. Adanya siklus haid yang tak teratur, jumlah hari haid yang lebih panjang, atau jumlah darah haid yang berada di atas batas normal dalam satu siklus.
"Normalnya, perempuan mengganti pembalut rata-rata 3 - 4 kali dalam sehari. Ketika ia mengganti pembalut sampai lima kali atau lebih, berarti jumlah darahnya lebih banyak dari batas umum," papar Cepi. Jumlah darah yang terlampau banyak ini diperkirakan disebabkan adanya miom di dalam rahim.


Editor: Anita K Wardhani
Sumber: Tabloidnova.com

Dejafu yang menjadi kenyataan …

Déjà vu  yang artinya secara harafiah adalah "pernah melihat" atau "pernah merasa". Maksudnya adalah mengalami sesuatu pengalaman yang dirasakan pernah dialami sebelumnya. Fenomena ini juga disebut dengan istilah paramnesia dari bahasa Yunani para (παρα) yang artinya ialah "sejajar" dan mnimi (μνήμη) "ingatan- http://id.wikipedia.org -


Pengalaman merasakan dejafu saat aku pertama kali pergi ke Cirebon bersama dengan teman-temanku. Satu saat, kami berkesempatan menikmati kota Cirebon dengan menggunakan becak. Ketika becak yang aku tumpangi melewati sebuah daerah dimana rasanya aku pernah kesana. Jalan-jalan yang dilewati rasanya tidak asing, tanaman dipinggir jalan, trotoarnya dan jalan yang berkonblok, semuanya tidak asing bagiku. Kemudian aku bertanya kepada bapak penarik beca, apakah disebelah sana itu sebuah pelabuhan, sambil menunjuk kearah sebuah bangunan kuno dan bertembok tebal, “iya” jawab si bapak sambil menjelaskan kalau dahulu memang itu sebuah pelabuhan yang sangat ramai sekali di jaman Belanda namun sekarang sudah tidak dipergunakan lagi, hanya untuk perahu-perahu kecil nelayan disana saja.

Perasaanku sangat aneh, aku baru pertama kali menginjakan kaki di kota Cirebon tetapi rasanya pernah berada disana. Lamat-lamat aku ingat, sepertinya aku pernah bermimpi mengunjungi kota ini dalam posisi yang sama persis berkeliling menggunakan becak bersama teman-teman, melewati pelabuhan lama kota Cirebon, melewati  pedestarian yang asri dengan pohon-pohon yang tertata, ciri khas sebuah kota lama peninggalan jaman Belanda.

Aneh memang, tetapi kenyataan. Setelah kucari dan pelajari peristiwa tersebut, baru aku tahu itu adalah pengalaman de’jafu bagi diriku. Bagaimana dengan kalian, pernahkah mengalami hal yang sama seperti pengalamanku…??.

 Jakarta, 30 Agustus 2013

Kasepuhan Ciptagelar, Sukabumi Jawa Barat

Kasepuhan Banten Kidul adalah kelompok masyarakat adat Sunda yang tinggal di sekitar Gunung Halimun, terutama di wilayah Kabupaten Sukabumi sebelah barat hingga ke Kabupaten Lebak, dan ke utara hingga ke Kabupaten Bogor. Kasepuhan (Sd. sepuh, tua) menunjuk pada adat istiadat lama yang masih dipertahankan dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat Kasepuhan Banten Kidul melingkup beberapa desa tradisional dan setengah tradisional, yang masih mengakui kepemimpinan adat setempat. Terdapat beberapa Kasepuhan di antaranya adalah Kasepuhan Ciptagelar, Kasepuhan Cisungsang, Kasepuhan Cisitu, Kasepuhan Cicarucub, Kasepuhan Citorek, serta Kasepuhan Cibedug. Kasepuhan Ciptagelar sendiri melingkup dua Kasepuhan yang lain, yakni Kasepuhan Ciptamulya dan Kasepuhan Sirnaresmi.

Pemimpin adat di masing-masing Kasepuhan itu digelari Abah, yang dalam aktivitas pemerintahan adat sehari-hari dibantu oleh para pejabat adat yang disebut baris kolot (Sd. kolot, orang tua; kokolot, tetua). Kasepuhan Ciptagelar kini dipimpin oleh Abah Ugi, yang mewarisinya dari ayahnya, Abah Anom, yang meninggal dunia di tahun 2007. Wilayah pengaruh kasepuhan ini di antaranya meliputi desa-desa Sirnaresmi dan Sirnarasa di Sukabumi. Sementara Kasepuhan Cisungsang berlokasi di Desa Cisungsang wilayah Lebak dipimpin oleh Abah Usep. Salah satu ritual adat tahunan Kasepuhan yang selalu menarik minat masyarakat adalah upacara Seren Taun; yang sesungguhnya adalah pernyataan syukur warga Kasepuhan atas keberhasilan panen padi.

Kasepuhan CiptagelarKasepuhan Ciptagelar adalah salah satu komunitas yang tergabung dalam Kesatuan Adat Banten Kidul (SABAKI). Komunitas adat ini bergabung menjadi anggota AMAN sejak konggres pertama pada 17 Maret 1999. Sebagian besar incu putu (warga) Kasepuhan Ciptagelar hidup di dalam wilayah pegunungan Halimun, sejak ratusan tahun yang lalu. Konon, Kasepuhan Ciptagelar berasal dari sebuah kerajaan di Bogor.

Kasepuhan Ciptagelar dipimpin oleh seorang Abah (ketua adat) yang diangkat berdasarkan keturunan. Abah Ugi Sugriana R, adalah pemimpin saat ini, yang merupakan Abah ke sebelas yang tercatat sejak tahun 1368. Pusat pemerintahan Kasepuhan Ciptagelar selalu berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Pindahnya tempat ini berdasarkan wangsit dari leluhur kepada Abah. Akhir tahun 2000, Abah Anom (Alm. Encup Sucipta ayah dari Ugi Sugriana), sebagai pimpinan Kasepuhan pada saat itu menerima wangsit dari leluhurnya untuk pindah ke Ciptagelar setelah 18 tahun berada di Ciptarasa. Alm Abah Encup Sucipta menerima wangsit ini setelah melalui proses ritual.

Perpindahan pusat pemerintahan Kasepuhan ke Ciptagelar merupakan wujud kesetiaan dan kepatuhan kepada leluhur. Mereka percaya bahwa jika perpindahan ini adalah perintah dari leluhur maka “tidak boleh tidak, mesti dilakukan”. Hal ini sesuai dengan nama wilayah Ciptagelar yang berarti terbuka atau pasrah menerima wangsit leluhur (untuk berpindah).Secara administrasi, pusat pemerintahan Ciptagelar berada di Dusun Sukamulya, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat. Lokasi ini berjarak kurang lebih 14 Km dari Desa Sirnaresmi, 27 Km dari Kota Kecamatan, 103 Km dari Kabupaten Sukabumi. Jika diukur dari Kota Bandung berjarak kurang lebih 203 Km ke arah Barat. Titik Koordinat S 06 47” 10,4’.

Sejarah Kasepuhan CiptagelarMenurut Ugis Suganda komunitas adat ini sebenarnya bernama Kaolotan Ciptagelar. Pria yang saat ini menjabat Menteri Luar Negeri Kasepuhan Ciptagelar ini mengatakan bahwa nama Kasepuhan itu penyebutan dari orang luar. Namun kini menjadi populer bagi orang awam. Abah atau pemimpin adat disebut “Bapak Kolot” yang membawahi “Olot Lembur” di setiap desa yang menjadi warga atau “incu putu” Ciptagelar

Konon, Kasepuhan Ciptagelar bermula pada tahun 611 Masehi bertempat di Sajira Banten. Ketua adat saat itu adalah Abah Agung yang memimpin selama 500 tahun. Pada tahun 1.100 Masehi, Abah Agung mendapat wangsit untuk pindah ke Limbang Kuning. Setelah 300 tahun lamanya menikah dengan Ambu Sampih, akhirnya dikaruniai seorang putra yang bernama Aki Buyut Bao Rosa. Selama hidupnya Abah Agung telah beberapa kali pindah tempat. Selama 150 tahun beliau bertempat di Cipatat Bogor dan kemudian berpindah lagi ke Maja. Setelah beliau wafat, Kasepuhan kemudian diteruskan oleh anaknya yang bernama Aki Buyut Warning yang merupakan putra hasil pernikahan dengan Nini Buyut Samsiah. Aki Buyut Warning memimpin Kasepuhan selama 202 tahun di Maja. Kemudian pindah ke Lebak Larang.

Selama tiga tahun di Lebak Larang, Aki Buyut Warning meninggal dunia. Kemudian kepemimpinan diteruskan oleh putranya yang bernama Aki Buyut Kayon. Seperti leluhurnya, Aki Buyut Kayon juga berpindah tempat. Terakhir beliau pindah ke Lebak Binong dan menetap selama 27 tahun lamanya.  Ketika Aki Buyut Kayon wafat, putra mahkota yang bernama Aki Buyut Cebol saat itu belum dewasa, sehingga kepemimpinan Kasepuhan di”warnen” oleh Aki Buyut Santayan Di Pasi Talaga selama 23 tahun. Warnen adalah sebutan bagi orang yang diberi tugas menjadi Pemangku Adat sementara karena sang pewaris tahta belum dewasa untuk memimpin.

Setelah dewasa kemudian Aki Buyut Cebol menjadi Ketua Adat. Beliau bertempat di Tegal Lumbu selama 32 tahun. Kemudian digantikan oleh Uyut Jasiun lalu pindah ke Cijangkorang. Disitu tidak lama, hanya 7 tahun lamanya beliau pindah ke Bojong dan menetap hingga 17 tahun sampai ajal menjemput. Kepemimpinan diteruskan oleh putranya yaitu Uyut Rusdi. Pada tahun 1940 pusat pemerintahan pindah ke Cicemet, dengan membuka areal baru. Setelah 16 tahun lamanya menetap kemudian berpindah ke Sirnaresmi, tepatnya tahun 1956. Kemudian menetap. Pada tahun 1960 Uyut Rusdi wafat dan digantikan oleh Abah Arjo. Selang 15 tahun lamnya menetap di Sinarresmi, Abah Arjo kemudian pindah ke Ciganas. Tujuh tahun kemudian Abah Arjo wafat pada tahun 1982. Beliau digantikan putranya yang bernama Abah Encup Sucipta yang terkenal dengan sebutan Abah Anom. Ayah dari Abah Ugi (Abah Ciptagelar saat ini) mendapat julukan Abah Anom, dikarenakan sewaktu beliau mengantikan ayahnya usianya masih relatif muda. Tahun 1983 Beliau pindah ke Ciptarasa dan menetap selama selama 17 tahun yang akhirnya menetap di Ciptagelar.

Jika dilihat dari sejarahnya, 3 Kasepuhan yakni Ciptagelar, Sinarresmi dan Ciptamulya dimana ketiga Kasepuhan ini berasal dari satu keturunan yang sama.