#JANGAN DIAM #JANGAN BUNGKAM
Selasa, 1 September 2015
Bipp.. bipp..!! terdengar suara nada pesan dari HP ku,
“mba, besok bisa ikut ke Polda, kita mau ke pengawas penyidik karena sampai sekarang SP2HP belum dikirim juga”, pesan terkirim dari nomor Vero pengacara LBH Jakarta salah seorang kuasa hukum ku.
“oke, besok jam berapa berangkat dari LBH Jakarta?”, balasku melalui whatsappnya.
Tidak lama kemudian Vero membalasnya kembali.
“jam 12.30 kita berangkat dari sini ya”.
“siaap, sampai ketemu besok yaa..”, balasku menutup percakapan.
|
Saat digiring ke pos keamanan Kalibata City, 24 Juni 2015 |
Rabu, 2 September 2015
Siang itu aku bergegas menyelesaikan beberapa pekerjaan karena janjian akan ke LBH Jakarta sebelum jam 12.30 wib. Perjalanan dari Tebet menuju Diponegoro aku pilih dengan menggunakan Kereta Api Listrik, berangkat dari Stasiun Tebet dan turun di Stasiun Cikini, kemudian tinggal jalan kaki beberapa meter ke LBH Jakarta, ekonomis dan lebih cepat.
Memang sejak kasusku yang terjadi pada tanggal 24 Juni lalu di Kalibata City (http://eviepermatasari.blogspot.co.id/2015/06/jangan-diam.html), banyak teman-teman yang mensupport dan membantu advokasi kasus ini. Terlebih kasus pelecehan seksual ini memang menjadi sorotan dari teman-teman penggiat HAM, karena selama ini kasus-kasus pelecehan seksual sangat jarang, bahkan sulit masuk sampai dalam ranah hukum. Pun aku sebagai seorang aktivis, konselor dan bisa melakukan advokasi diri saja masih berbelit juga ketika proses ini secara berani dilaporkan ke Kepolisian di Polda Metro Jaya, apalagi bagi korban yang masih awam dan tidak tahu harus melakukan apa. Apa yang terjadi bagi korban yang tidak bisa mengakses keadilan ??..
Bersama dengan Ucok yang juga salah seorang pengacara publik LBH Jakarta, Aku dan Vero menuju Polda dengan menggunakan mobil dinas LBH Jakarta. Kami menuju gedung Unit III Subdit V Dit Reskrimun (Direktorat Reserse Kriminal Umum) dan bertemu langsung beberapa penyidikku saat melakukan BAP (Berita Acara Pemeriksaan) lalu. Setelah memperkenalkan bahwa Vero dan Ucok adalah kuasa hukumku dari LBH Jakarta, Vero langsung berperan sebagai pengacaraku. Kemudian dengan lantang dia menanyakan beberapa hal terkait permintaan Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP) yang tidak kunjung dikirim juga serta mempertanyakan kewenangan Kepolisian yang mengirimkan pelaku ke tahanan Imigrasi padahal pihak LBH Jakarta sudah mengirimkan surat atas hal tersebut. Brigadir Dian Kartika Putri, penyidik pembantu, berupaya menjelaskan tentang apa yang ditanyakan oleh Vero, walaupun jawabannya panjang lebar dan muter-muter apalagi terkait kenapa kepolisian malah mengirimkan pelaku ke Imigrasi.
|
Dokumen Pencari Suaka |
Penjelasan dari Polwan Dian, memperlihatkan setidaknya upaya kepolisian melakukan penyidikan masih tetap berlanjut, karena terakhir pada tanggal 31 Agustus, masih dipanggil orang keenam untuk dimintai keterangannya sebagai saksi dan sudah mendatangi TKP. Kami menjelaskan, bahwa kasus ini sedang dipantau oleh banyak orang dan lembaga sambil kami juga menanyakan keberadaan pelaku apakah masih ditahan di Imigrasi Jakarta Selatan.
“Pelakunya sekarang dimana ?”, Tanya Vero.
“masih di Imigrasi”, jawab Polwan Dian
“Yakiiinn…”. Balas kami berbarengan..
Mulailah situasi kelihatan wajah agak ragu-ragu dari para penyidik ini. Vero langsung mengatakan sesuatu yang membuat mereka makin kebingungan.
“95 persen sih kami yakin pelaku sudah tidak ada di Imigrasi, tapi 5 persennya yah mungkin saja informasi ini kami salah, jadi bisa di cek saja dulu ke Imigrasi”..
Selanjutnya Vero juga menjelaskan bahwa mereka juga sudah bertemu dengan pihak UNHCR dan juga mendapatkan informasi yang bisa dipercaya dari Imigrasi bahwa pelaku sudah tidak ada di Imigrasi tetapi kami juga meminta agar mereka mengecek langsung informasi ini.
Aku juga menanyakan, apa yang akan diperbuat oleh pihak Kepolisian kalau ternyata benar bahwa pelaku sudah tidak ada di Imigrasi.
“Kami akan melakukan DPO (Daftar Pencarian Orang)”, jawab Polwan Dian
Baiklah, kami catat semua apa yang dikatakan pihak kepolisian. Kemudian pada saat itu juga diberikan semua lembaran SP2HP dari awal hingga yang terakhir dan selanjutnya aku juga meminta agar SP2HP juga dikirim kepada ku.
Sore itu urusan polisi selesai, pengalaman ini rencana akan kami sampaikan pada kegiatan Diskusi Media pada hari Jumat nanti.
Kamis, 3 September 2015
Hari ini dari pagi sampai siang aku ada rapat di Kalyanamitra, menyelesaikan tugas kelompok Sosbud untuk bahasan RUU KKG (Rancangan Undang-undang Keadilan dan Kesetaraan Gender). Karena jam 2 siang, aku harus ada pertemuan lainnya di daerah Katedral, maka tugas kelompok kami bisa diselesaikan sebelum jam13.00 wib.
Untuk menuju ke daerah Katedral dari arah Kalibata, lebih mudah lagi-lagi naik KRL. Sekitar pukul 13.30 wib, aku berbarengan dengan Kencana, Friska dan Lucy yang sama-sama menggunakan kereta api sampai di Stasiun Kalibata Baru. Hanya Friska yang naik kearah Tanah Abang, sementara aku, Kencana dan Lucy ambil jurusan Kota. Ketika semua sudah masuk melewati mesin tapping card, ternyata hanya Lucy yang tidak bisa melewati, dia harus mengisi ulang dulu kartunya sehingga dia harus masuk antrian untuk mengisi kartu. Sembari Lucy antri diluar, aku menunggu dari dalam di dekat mesin tapping card sambil membaca pesan-pesan di HP. Sesekali aku mengecek Lucy apakah sudah keluar dari antrian karena posisi tempatku berdiri tidak terlalu kelihatan dari tempat antrian Lucy. Tidak lama saat aku sedang melihat antrian orang-orang yang mau beli tiket, tiba-tiba jantungku berdegub kencang.. ahh jangan-jangan aku salah lihat… !!! sebab dikejauhan orang yang antri paling belakang itu adalah pelaku..!!! WN Irak itu..
Kami sempat bertatapan, agak ragu, aku sempat mengalihkan pandangan ketempat lain dan berpaling sembari melihat disebelahku apakah ada Kencana atau ada orang yang dekat denganku. Ketika sadar bahwa disebelahku tidak ada siapa-siapa, karena Kencana ternyata telah jalan kedepan dan cukup jauh, maka aku tinggalkan Lucy yang masih diluar buat menyusul kencana. Sembari memanggil-manggil Kencana, aku sempat menengok kebelakang dan kulihat pelaku juga sudah mendekati mesin tapping tapi tidak masuk, dia hanya melihat-lihat apakah itu aku.
Saat itu, aku merasa bergetar, marah ga bisa berbuat apa-apa, rasanya ingin nangis campur aduk geramnya melihat pelaku masih berkeliaran disekitar Kalibata. Aku meminta Kencana untuk melihat kebelakang apakah masih ada ciri-ciri pelaku yang aku gambarkan. Saat itu dia memakai kemeja kotak-kotak kecil berwarna merah marun. Ternyata pelaku tidak berani masuk kedalam stasiun, dia sudah menghilang. Saking shock dan marahnya, aku ga sempat memfoto pelaku saat sedang dalam antrian tadi.
Segera aku telpon penyidik, Dian, berkali-kali tidak di angkat HPnya, kemudian aku sms.
“Mba Dian, ini Evie, barusan saya lihat pelaku mau masuk ke Stasiun Kalibata Baru, dia ngelihat saya kemudian kabur, hilang dari antrian”
“ooh gitu bu…kebetulan saya lagi dinas di luar kota bu”, balasnya
“ iya, berarti 100% dia kabur ya..” balasku lagi
“iya bu bsk saya koordinasi ke imigrasi untuk memastikan keberadaan si Hussein bu”, jawab Dian
“Ok terima kasih mba Dian”, menutup pembicaraan melalui pesan singkat itu.
Ahhhh… kata Vina Panduwinata, ini September ceria…!!! …
Tidaaakkkk… !!! mari kita masukan Hussein kedalam penjara lagi…
#Jangandiam
#Janganbungkam
#Maribergerak